“Fitrah seksualitas harus tumbuh
beriiringan dengan fitrah yang lainnya seperti fitrah keimanan, fitrah
individualitas dan sosialitas, sehingga anak tidak mudah ditularkan
penyimpangan seksual oleh lingkungannya.”
Pendidikan seksual memang amat
sangat penting untuk diberikan sedini mungkin untuk menghindari pelecehan
seksual, pergaulan bebas, penyimpangan seksual, dan penularan penyakit kelamin.
Semua ini bisa dimulai dari dalam keluarga terutama dari kedua orangtuanya. Peran
orangtua sangat penting dalam tumbuhnya fitrah ini. Pendampingan yang tepat
akan dapat membawa anak memahami fitrahnya. Salah satu yang menjadi sorotan diskusi
dengan PG 3 hari ini tentang menyikapi anak pada masa Aqil Baligh yang sedang
mencari jati diri.
Bagaimana cara menghadapai anak pada
usia baligh agar terhindar dari pergaulan bebas?
Seks di abad ini telah dikemas
dalam berbagai media, mulai dari media cetak, audio visual, sampai kelompok
eksklusif yang kegiatan utamanya adalah menyelenggarakan berbagai acara berbau
seks. Abdullah Nashih Ulwan pernah menyatakan bahwa:
sering kita mendengar
anak-anak gadis yang bertahun-tahun berada dalam keadaan tidak suci karena
mereka tidak mengetahui hukum berkaitan dengan haid dan jinabah. Sering kita
mendengar anak laki-laki yang sudah mencapai usia remaja, dalam kondisi jinabah
sering mereka tidak mengetahui hukum yang timbul akibat adanya mimpi dan
jinabah. Mungkin saja anak gadis dan pemuda itu mendirikan shalat dalam keadaan
jinabah, sementara keduanya mengira bahwa mereka telah menunaikan hak ketaatan
dan ibadah.
Jika melihat penjelasan di atas,
bahwa kejadian yang seharusnya tidak terjadi pada para remaja, jika orang tua,
sejak dini telah mengenalkan hukum-hukum seputar pendidikan seks kepada para
remajanya, sebelum memasuki usia baligh.
“Islam memberikan beban kepada
kedua orang tua untuk berterus terang kepada anak dalam urusan yang penting
seperti ini, sehingga mereka senantiasa memiliki kesadaran yang sempurna dan
pemahaman yang mendalam berkenaan dengan segala yang terkait dengan kehidupan
seksual dan kecenderungan birahi mereka. Serta segala implikasi kewajiban agama
dan beban syari’at”.
Selain itu membangun bonding
dengan anak sedini mungkin akan membuat benteng tersendiri untuk anak-anak. Bonding
akan melahirkan trust, ketika sudah ada trust otomatis akan ada keterbukaan
& komunikasi produktif bisa berjalan.
Dapat disimpulkan ketika menekan
hawa nafsu dengan Fiqih praktis dan ikatan bonding akan melahirkan kepercayaan
diri yang membangun keterbukaan dan komunikasi produktif.
Saya jadi berpikir dan
membayangkan ketika Nayy nanti mulai mengalami tahap Baligh, apa saja yang
harus saya bekalkan. Tidak akan pernah rela ketika Nayy salah dalam melangkah
(naudzubillah). Dan mulai sekarang harus saya persiapkan semua untuk
mendampingi Nayy memahami fitrah nya secara benar. Semoga ketika hari itu datang,
Nayy sudah paham bagaimana menyikapinya dengan baik dan benar sehingga tidak
salah ketika melangkah.
============================================================
Sebenarnya masih ada 2 bahasan
lagi yang juga menarik pada diskusi kali ini. Berikut saya cuplikan jawaban dan
tanggapannya yaa…
Pertanyaan 1 :
Bagaimana menyikapi kalau seandainya
ada kluarga yang karakter ibu lebih
tegas, berani, lbih memimpin dalam keluarga di banding ayahnya yg lbh dominan
sifat lembut dan penyayang nya. Peran dalam pembentukan karakter Seksualitasnya
bagaimana ya mb? Apakah ada dampak seandainya peranan ayah ibu itu tertukar sprti itu?
Tanggapan anggota PG3:
Pertama, idealnya peran maskulin
ayah & feminim ibu harusnya diselaraskan sesuai fitrahnya dulu dgn
tazkiyatun nafs, cleansing & healing sebelum menikah/memiliki anak
Namun bila kenyataannya peran
ayah & ibu seperti dunia terbalik (ayah lembut & ibu tegas), maka bisa
dijelaskan ke anak bahwa seorang perempuan itu memang adakalanya tegas. Toh
setegas2nya seorang ibu pasti lebih dominan perasaannya, upayakan saat sedang
bersama anak ini kita menjadi sosok yg penyayang. Sebenarnya ini bisa dilatih
kog.
Dan seorang lelaki juga harus
memiliki sifat lembut. Karena dalam tubuh lelaki, selain terdapat kromosom Y yg
membawa sifat kelelakian, juga ada kromosom X yg membawa sifat lembut,
penyayang
Kedua, orang tua harus memahami
& membicarakan soal fitrah seksualitas ini secara kompak sebelum mengajari
anak. Istilahnya, dimulai dari diri sendiri baru ke anak
Ketiga, selalu bilang ke anak
bahwa seorang lelaki tu idealnya tegas, maskulin tetapi harus punya sifat
lembut. Karena lembut itu beda dgn lembek. Dan kepada anak perempuan, jelaskan
bahwa dalam diri seorang perempuan, Allah membekali sifat penyayang, keibuan
& lembut. Tetapi ia harus tegas. Perlu digarisbawahi tebal2 juga bahwa
tegas itu beda dgn galak
Keempat, pendidik itu tak cuma
ayah & ibu, tetapi juga support system yg ada. Sambil membenahi diri, ayah
& ibu juga bisa memberi contoh figur fitrah gender dgn cerita2 islami
beserta seabrek sifat2nya, dan ketika si anak masuk ke sekolah, ia bisa juga
mengenal guru2 yg berperan sesuai fitrahnya. Intinya, ayah & ibu harus
terlebih dulu berbenah & terus berbenah demi keutuhan fitrah anak-anaknya.
Pertanyaan 2:
Gimana caranya biar anak tidak
melakukan pacaran ? yang berujuang sex bebas.
Dorongan seorang anak pacaran itu
apa sih mbak ? biar bisa di antisipasi dr sekarang
selain pendekatan agama.
Tanggapan PG3:
ara nya dengan memberikan nilai,
norma, dan ajaran agama...dalam ajaran agama sudah sangat jelas mengatur
pergaulan antara lawan jenis
Kita sbg ortu jg harus memberikan
sex education yang tepat dan bersumber terpercaya...
Dan yg paling penting kita hrus
memposisikan diri sbg TEMAN bagi anak remaja
Beberapa alasan remaja ingin
pacaran diantara nya :
1. Sbg ajang percobaan atau
memnuhi rasa penasaran
2. Pacaran dg dalih persaingan dg
teman
3. Pacaran dg alasan agar sama dg
teman2nya yg lain
4. Pacaran dg alasan ingin
melakukan hub layaknya suami istri (naudzubillahimindzalik)
5. Pacaran sbg life style
6. Pacaran krn kasihan dg teman
lawan jenis nya
7. Pacaran dg alasan harta
8. Pacaran krn ingin pamer pnya
pacar cantik/ganteng
9. Pacaran dg alasan agar lbih
semangat bljr
Ketertarikan terhadap lawan jenis
termasuk fitrah seksualitas, sebuah kewajaran, terima dulu. Kalau tertarik
dengan yang sejenis kan malah repot urusannya 🤭.
Komunikasi dua arah yang baik,
ingatkan anak adab bergaul dengan lawan jenis, terus berikan pemahaman
tanggungjawab moral dalam pergaulan.
Kalau menurut dr. Boyke, saat
anak menyampaikan mengenai ketertarikan terhadap lawan jenis, maka Orangtua
wajib untuk mengingatkan anak agar menambah tanggungjawab dirinya sebagai umat
beragama. Bila muslim ya ajarkan untuk makin meningkatkan ibadah sholat
misalnya, yang Nasrani dengan sering datang ke gereja dll.
Pada saat anak membawa topik ini,
juga merupakan saat yang paling tepat bagi orangtua untuk menyampaikan tentang
sex education secara lebih mendalam. Ajarkan mengenai sistem organ seks, proses
kehamilan & persalinan, safe sex (bukan hanya perkara menghindari kehamilan
namin lebih pada penyakit seksual).
Kuncinya, jadikan ayah sebagai
"pacar" anak perempuannya dan ibu sebagai "kekasih" anak
lelakinya.
*Review Kelompok 3, Bunda Sayang,
IIP
*Fitrah Seksualitas Anak
Diposkan oleh
Niven Ayu
di
4:06 PM