Saya masih tergelitik untuk mencari artikel tentang masa muda (pemuda) yang dalam Islam sebenarnya tidak pernah mengalami kegalauan. Justru sebaliknya, masa muda adalah masa dengan gejolak semangat yang membara untuk siap mengemban sebuah tanggung jawab.
Dan sampai akhirnya, saya temukan artikel yang ditulis oleh ust. Mohammad Faudzil Adhim.
Beliau menyampaikan bahwa statement yang menyatakan bahwa masa muda (remaja) itu adalah masa krisisnya identitas dan masa guncangnya pribadi, ternyata berawal dari buku tulisan Granville Stanley Hall (psikolog Zionis). Mungkin inilah salah satu cara zionis untuk menghancurkan generasi-generasi Rabbani. Naudzubillahi min dzalik...
Lalu ketika kita sebagai orang dewasa juga ikut memaklumkan perilaku negatif dari para remaja saat ini, secara tidak langsung kita pun meng-aamiin-kan teori palsu dari psikolog Zionis tersebut. Jangan pernah anggap lumrah perilaku kenakalan remaja saat ini. Luruskan jika perilaku mereka ada (ada yaa,, bukan selalu) yang menyimpang. Jangan berdalih, mereka sedang mencari jati diri karena jati diri seorang muslim itu sudah jelas di dalam Al-Qur'an, tidak perlu dicari lagi, tinggal dikaji dan tanyakan pada ahlinya. Dan kita sebagai orangtua, dukung dan fasilitasi mereka untuk belajar.
Saya pikir, kelak jika semua pemuda mampu untuk memahami jati dirinya dalam Al-Qur'an, insyaAllah tidak akan ada lagi seks bebas, seks sebelum pernikahan, pedofillia, penyimpangan seks, homo, lesbian, tawuran antar anak sekolah, premanisme, dll yang selama ini didalihkan karena "kenalakan anak remaja yang sedang mencari jati diri".
Maka, salah satu tugas penting kita sebagai orangtua adalah mempersiapkan anak-anak kita mampu menjadi mukallaf begitu mereka mendapati tanda-tandanya. Salah satu yang harus melekat dari seorang yang mukallaf adalah akal telah sampai (Aqil Baligh). Dan kematangan akal ini seharusnya terjadi beriringan dengan kematangan seksual pertama kali yang ditandai dengan haid untuk perempuan dan mimpi basah untuk laki-laki. Diharapkan sebelum kematangan seksual ini datang, seharusnya anak-anak kita telah menjadi mumayyiz di usia 6 atau 7 tahun. Inilah masa ketika anak-anak mulai kita kenalkan dan ajari tentang kewajibab beribadah.
Kemampuan untuk membedakan baik buruk serta benar salah dengan akalnya (tamyiz) perlu ditumbuhkan dan dibangun secara sungguh-sungguh oleh orangtua dan pendidiknya. Selain itu, arah hidupnya perlu kita bangun. Mereka harus mempunyai keyakinan yang akan membangkitkan untuk dapat mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari (idealisme).
Anak kita adalah aset syafa'at untuk kita di kehidupan yang abadi. Dampingi mereka mencapai fitrahnya secara baik dengan ilmu-ilmu Allah dan ajaran-ajaran Rasulullah yang begitu sempurna. Jadikan Al-Qur'an sebagai rujukan untuk mendidik anak-anak kita. (Niven, 2019)
Sumber Review:
0 komentar:
Post a Comment