1. Salimul Aqidah (Aqidah yang lurus/ Good Faith)
Aqidah yang lurus/bersih ini harus ada di dalam diri seorang Muslim. Dengan aqidah yang lurus, maka seseorang akan memiliki ikatan yang kuat dengan Tuhannya. Ikatan ini akan membuat seorang muslim ikhlas dalam mematuhi perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Ikatan ini pula yang menjaga kita tetap bersemangat dalam berlomba-lomba untuk mencapai keridhan-Nya. Indikator karakter ini : memahami ilmu tauhid, selalu mengingat Allah dan selalu merasa diawasi (muraqabah) oleh-Nya,selalu meluruskan niat, menjaga diri dari kemusyrikan, memahami rukun Iman dan rukun Islam, dsb.
”Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku, hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam.” (QS. Al-An’am [6]: 162)
2. Shahihul Ibadah (Ibadah yang benar/ Right Devotion)
2. Shahihul Ibadah (Ibadah yang benar/ Right Devotion)
Ibadah yang benar ini artinya setiap ibadah yang kita lakukan sesuai dengan Al-Quran dan As-Sunnah. Indikatornya : melaksanakan shalat 5 waktu, melaksanakan shaum wajib dan shaum sunnah, mempelajari Al-Quran dan mengamalkannya, melaksanakan shalat sunnah (dhuha, tahajud,dsb).
”Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia, kecuali agar mereka beribadah kepadaku..” (Q.S Adz – Dzariyat [51] : 56)
3. Matinul Khuluq (Akhlak yang kokoh/ Strong Character)
Akhlak yang mulia menggambarkan hubungan seorang manusia dengan Tuhannya maupun dengan sesama makhluk-Nya. Akhlak yang mulia mampu meyakinkan orang lain betapa indahnya Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin. Contohnya : menebarkan senyum, salam, sapa; menepati janji; menjaga adab pergaulan Islami, selalu berprasangka baik (khusnudzon); menjaga hati dan menundukkan pandangan; menjadi pionir kebaikan; bersikap baik terhadap lingkungan; tidak takabur (sombong); menyayangi yang muda dan menghormati yang tua; berbakti pada orang tua (birrul walidain) dsb.
4. Qowiyyul Jismi (Jasad yang kuat/ Pyhsical Power)
Memiliki fisik yang kuat merupakan salah satu cara kita untuk mensyukuri nikmat yang telah diberikan oleh-Nya. Dengan fisik yang kuat, akan semakin banyak hal kebaikan yang dapat kita lakukan. Contoh : rajin berolahraga rutin, tidak merokok, makan 4 sehat 5 sempurna, dsb.
“Mukmin yang kuat lebih aku cintai daripada mukmin yang lemah.” (HR. Muslim)
5. Mutsaqqoful Fikri (Pengetahuan yang luas/ Thinking Brilliantly)
Dengan pemikiran dan pengetahuan yang luas, kita dapat memberikan solusi dan pengambilan keputusan yang berdasarkan pada Al-Quran dan As-Sunnah sesuai dengan perkembangan zaman yang ada. Dengan hal ini pula kita dapat mengatur strategi yang cerdas untuk kemajuan Islam. Contohnya : mengetahui dan memahami kisah Rasul dan para Sahabat, memahami urgensi dakwah dan urgensi tarbiyah, memahami pentingnya menuntut ilmu, memahami peran pemuda sebagai pilar Islam, memiliki visi dan strategi hidup serta perencanaannya selama 10 tahun ke depan, memahami pergerakan Islam; dsb.
6. Mujahadatun Linafsihi (Berjuang melawan hawa nafsu/ Continence)
Pada dasarnya seorang manusia itu memiliki kecenderungan untuk berbuat baik ataupun buruk. Untuk itu diperlukan kesungguhan dalam diri seseorang agar ia cenderung untuk berbuat baik dan melaksanakannya sesuai ajaran Islam. Contohnya : memenuhi konsumsi makanan yang halal dan thoyib; senantiasa berusaha untuk memperbaiki diri; tidak malas; pantang mengeluh; berupaya untuk menjauhkan diri dari hal-hal yang tidak bermanfaat; dsb.
7. Haritsun ‘ala Waqtihi (Manajemen waktu/ Good Time Management)
Sifat waktu yang tidak dapat diperbarui, tidak dapat disimpan, dan tidak dapat diulang kembali membuat seorang muslim harus bisa menggunakan waktu setiap detiknya dengan hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya. Contohnya : tidak berlebihan untuk tidur; bangun tidur maksimal saat adzan subuh; mengalokasikan waktu untuk mereview pelajaran dan membaca materi keislaman; mengisi waktu dengan hal yang bermanfaat; dsb
8. Munazhzhamun fi Syuunihi (Terarah dan teratur dalam urusan/ Well Organized)
Terarah dan teratur dapat membuat seseorang mampu mengorganisir seluruh kegiatannya dengan efektif dan efisien sehingga waktu yang digunakannya pun tidak akan sia-sia. Contohnya : berusaha tepat waktu dalam segala hal, membuat dan menuliskan rencana aktivitas harian, disiplin dalam segala hal, tidak begadang karena hal yang sia-sia, dsb.
9. Qodirun ‘alal Kasbi (Mempunyai kemampuan untuk berpenghasilan/ Independent)
Seorang Muslim diupayakan untuk bisa mandiri secara financial dan tidak tergantung kepada orang lain. Sebab seorang muslim itu harus kaya agar bisa membayar zakat, infaq, shadaqah dan naik haji dan umrahm. Pada prinsipnya memanfaatkan hartanya dalam rangkah beribadah pada Allah. Contoh dari sifat ini : menjauhi penghasilan yang haram (judi, togel, dsb); memiliki tabungan meskipun sedikit; mengalokasikan hartanya untuk zakat, infak, dan shadaqah; dsb
10. Naafi’un Li Ghairihi (Bermanfaat bagi orang lain/ Giving Contribution)
Kehadirannya memberi manfaat bagi orang lain dan dibutuhkan. “Keberadaannya akan menjadi kebahagiaan bagi orang lain dan ketiadaannya akan menjadi kerinduan bagi yang lain”.
“Sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi sesamanya” (Rasulullah SAW).
Contoh dari sifat ini : menjaga hubungan dan komunikasi yang baik dgn orang tua dan teman-teman, menunaikan hak muslim (menjawab salam, menjenguk yg sakit, mendoakan saat bersin, dsb), memiliki jiwa pelayanan, membiasakan memberikan penghargaan kepada rekan kerja; dsb.
Mari dari sekarang, dengan azzam yang kuat, ikhtiar yang terus-menerus serta doa yang berkelanjutan, kita mulai memperbaiki akhlaq kita. Menuju karakter muslim ideal semata-mata untuk beribadah kepada Allah.
Let’s be a high cuality muslim!
Regards,
0 komentar:
Post a Comment